Arif Gunawan (kiri), Amin Tohari (tengah), dan Arif Giyanto (kanan) dalam podcast Rispol Jogja. (Set Rispol)
Rispol Jogja, Podcast Politik Ala Kita : Arif Gunawan (kiri), Amin Tohari (tengah), dan Arif Giyanto (kanan) dalam podcast Rispol Jogja. (Set Rispol)
Arif Gunawan (kiri), Amin Tohari (tengah), dan Arif Giyanto (kanan) dalam podcast Rispol Jogja. (Set Rispol)

Rispol Jogja, Podcast Politik Ala Kita

Rispol Jogja menyuguhkan obrolan seputar politik dari kacamata siapa pun.


BODON, Jagalan | Dalam ranah keseharian, bincang politik tidak dapat dimonopoli oleh kalangan tertentu. Sebab, politik dan hidup sehari-hari tidaklah dapat dipisahkan. Proses politik melahirkan kebijakan publik yang tentu saja bersinggungan dengan rupaneka kepentingan orang per orang warga negara.

“Sebagian orang beranggapan, politik adalah hal yang melekat pada elite pemerintahan. Karena dianggap rembukan elite, banyak yang kurang peduli. Padahal, siapa pun bisa bicara politik, sebab proses politik dalam wujud kebijakan benar-benar kita rasakan setiap harinya,” ujar Arif Gunawan, inisiator channel YouTube Rispol Jogja’ kepada Jogja Daily.

Rispol adalah akronim dari Riset Politik. Channel ini dirancang dengan dukungan riset memadai dari Sekolah Riset Satu Kata pimpinan Amin Tohari dan perusahaan publikasi Pandiva pimpinan Arif Giyanto.

“Tiap episode Rispol menyuguhkan tema politik yang sangat mungkin juga jadi perbincangan khalayak luas. Meski bertema sama, bisa jadi obrolan Rispol punya perbedaan sudut pandang yang harapannya dapat memperkaya dialektika pikir publik,” terang owner Benik Poetik Craft and Vintage Gallery tersebut.

Obrolan politik Rispol, sambungnya, memuat referensi akademik, data faktual, opini umum, dan tak lupa, trending topic media sosial. Dengan begitu, tiap komentar yang muncul dimungkinkan berkoherensi bahkan kuat.

Rispol juga menyematkan ‘Jogja’ sebagai brand, lantaran berkedudukan di Yogyakarta. Ekosistem pendidikan yang matang menjadi energi dan source melimpah untuk merespons dan menjawab berbagai persoalan politik yang ada, baik pusat maupun daerah.

“Pada waktunya nanti, Rispol dapat menjadi simpul temu obrolan politik siapa pun. Sebab, obrolan politik melingkupi pemerintah, pelaku usaha, komunitas, lembaga pendidikan, dan lainnya. Tema-tema dapat disarankan dan Rispol akan memilah dan memilihnya bertahap, sampai kemudian disuguhkan lantas diulas bersama-sama,” terang Ben, begitu ia akrab disapa.

Ia berharap dukungan dari semua kalangan, karena itu sangat berarti bagi tumbuh-kembangnya budaya rembuk politik yang berkualitas. Rembuk politik yang sangat mungkin mewakili keresahan banyak keluarga, semua generasi, dan rakyat di berbagai lapisan.

Berbasis Literasi

Sementara itu, Direktur Sekolah Riset Satu kata, Amin Tohari, berpandangan, podcast Rispol dirancang berbasis literasi memadai. Artinya, tidak hanya menyajikan isu-isu mutakhir yang tengah ramai, tapi juga berdasar pada pengetahuan yang cukup. Referensi dan sumber daya sangat penting. Pernyataan tanpa dasar argumentasi yang cukup dapat menurunkan kualitas obrolan.

“Siapa pun berhak berpendapatan, tapi alangkah lebih baik, dengan dasar yang cukup. Atau bahkan riset yang mumpuni. Jangan bayangkan riset identik dengan sesuatu yang rumit, sebab sama dengan politik, riset sejalan beriringan dengan kehidupan kita sehari-hari,” kata alumnus Doktoral Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada ini.

Ia menjelaskan, betapa penting peningkatan kapasitas riset seseorang, khususnya riset sosial berparadigma kualitatif. Menurutnya, paradigma riset kualitatif dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga masyarakat bukan hanya dapat mengenali tantangan zamannya, tetapi juga menjawab tantangan zaman untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Kurang lebih senada, Chairman Pandiva, Arif Giyanto, menggarisbawahi budaya literasi di Indonesia yang masih jauh dari harapan. Rispol Jogja, baginya, memiliki sumber daya cukup untuk mendorong kesuburan minat pada literasi.

“Perbincangan saja tak cukup. Lebih baik bila didokumentasikan. Salah satunya, diterbitkan dalam wujud buku. Kelak, buku ini menjadi warisan bagi generasi setelahnya. Rispol Jogja bisa dianggap sebagai bagian dari manajemen pengetahuan yang selama ini menjadi domain perguruan tinggi. Konkretnya, setiap podcast Rispol dapat diubah menjadi buku,” tutupnya.

Editor: Astama Izqi Winata


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik